KabarKarawang.Net - Warga di dua kecamatan, Pangkalan dn Tegalwaru terpaksa memanfaatkan air kotor untuk kebutuhan mandi dan cuci pakaian hingga terpaksa memanfaatkan sisa air parit akibat dilanda kekeringan dan krisis air bersih.
"Sudah satu bulan lalu, tiap tahun seperti ini kesulitan air bersih dan harus cuci pakaian di parit yang kondisinya sudah mengering," kata Asih, salah seorang warga Desa Jatilaksana kecamatan Pangkalan, Minggu (29/7/2018).
Menurut Asih, air sumur milik warga mengering termasuk bak penampungan air tadah hujan. Warga kebingungan dan terpaksa mengambil air dari sisa air resapan karena tak ada air bersih.
"Sampai saat ini belum ada bantuan air bersih dari Pemerintah Daerah, kalau untuk keperluan minum harus beli," terang Asih.
Kekeringan dan krisis air bersih dikatakan warga yang terjadi di wilayah selatan karawang tersebut sudah relatif parah. Pasalnya kemarau yang berkepanjangan juga menimbulkan tanaman para petani mati.
"Selain air, tanaman juga sudah pada mati. Nggak bisa panen," ujarnya
Sama halnya disebabkan sulitnya mendapatkan air irigasi yang terjadi sejak musim kemarau,sebagian petani di wilayah Kecamatan Jatisari memanfaatkan air terkontaminasi limbah industri untuk mengaliri tanaman padi dan palawija.
"Para petani memanfaatkan air limbah buangan untuk mengairi tanaman mereka agar tetap hidup. Air dari saluran buangan ini disedot dan disalurkan ke areal tanaman cabai," kata salah seorang petani cabai di Desa Jatisari, Warta.
Meski air buangan tersebut kotor dan berbau, mereka tetap menggunakannya untuk mendapatkan pasokan air irigasi. Hal ini karena di daerah tersebut semua sumber air bersumber dari bendungan Barugbug.
"Air limbah di sini dari limbah industri wilayah hulu sungai Cilamaya, yang mengairi ribuan hektar areal sawah," jelasnya.
selain itu para petani mengeluhkan, untuk mengairi sawah yang kering, petani harus mengeluarkan biaya tambahan yaitu membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin pompa.
Kepada pemerintah, Warga berharap ada solusi mengenai permasalahan kekeringan dan krisis air bersih yang dialami warga.*Met
"Sudah satu bulan lalu, tiap tahun seperti ini kesulitan air bersih dan harus cuci pakaian di parit yang kondisinya sudah mengering," kata Asih, salah seorang warga Desa Jatilaksana kecamatan Pangkalan, Minggu (29/7/2018).
Menurut Asih, air sumur milik warga mengering termasuk bak penampungan air tadah hujan. Warga kebingungan dan terpaksa mengambil air dari sisa air resapan karena tak ada air bersih.
"Sampai saat ini belum ada bantuan air bersih dari Pemerintah Daerah, kalau untuk keperluan minum harus beli," terang Asih.
Kekeringan dan krisis air bersih dikatakan warga yang terjadi di wilayah selatan karawang tersebut sudah relatif parah. Pasalnya kemarau yang berkepanjangan juga menimbulkan tanaman para petani mati.
"Selain air, tanaman juga sudah pada mati. Nggak bisa panen," ujarnya
Sama halnya disebabkan sulitnya mendapatkan air irigasi yang terjadi sejak musim kemarau,sebagian petani di wilayah Kecamatan Jatisari memanfaatkan air terkontaminasi limbah industri untuk mengaliri tanaman padi dan palawija.
"Para petani memanfaatkan air limbah buangan untuk mengairi tanaman mereka agar tetap hidup. Air dari saluran buangan ini disedot dan disalurkan ke areal tanaman cabai," kata salah seorang petani cabai di Desa Jatisari, Warta.
Meski air buangan tersebut kotor dan berbau, mereka tetap menggunakannya untuk mendapatkan pasokan air irigasi. Hal ini karena di daerah tersebut semua sumber air bersumber dari bendungan Barugbug.
"Air limbah di sini dari limbah industri wilayah hulu sungai Cilamaya, yang mengairi ribuan hektar areal sawah," jelasnya.
selain itu para petani mengeluhkan, untuk mengairi sawah yang kering, petani harus mengeluarkan biaya tambahan yaitu membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin pompa.
Kepada pemerintah, Warga berharap ada solusi mengenai permasalahan kekeringan dan krisis air bersih yang dialami warga.*Met